peristiwa demi peristiwa sambung menyambung, puanku.
Masa-masa yang kulewati seperti
jutaan tahun
Perjalanan jauh memenatkan ranselku
Penat oleh punggung kuda dan peperangan
Tak ada payudara ... hitam atau putih
kecuali aku tanam di tanahnya panji-panjiku
Tak tersisa jengkal di tubuh molek
kecuali aku lewatkan di atasnya gerobakku
Aku turunkan beban di atas kulit perempuan
dan aku bangun piramida mimpi
Dan aku tulis puisi ... tak ada yang menyamai sihirnya
kecuali firman tuhan di Taurat
Dan hari ini aku duduk di atas atap perahuku
seperti pencuri ... aku mencari jalan selamat
Kuputar kunci harem ... maka tak kulihat
di bawah bayangan kecuali tengkorak orang mati
Mana perempuan tawananku? Mana budak-budakku?
Mana asap wangi yang menyesaki kamarku?
Hari ini mereka membalas dendam ...
Menghujaniku dengan hunjaman demi hunjaman
Aku seperti lampu jalanan, sobat
Aku menangis ... tak seorang pun melihat air mataku
Birahi pernah menjadi rumahku
Ia tak mampu menahan kesedihanku
Dan cinta ... semua seperti sama
seperti kemiripan daun-daun di hutan
Aku telah tua pada cinta
atau lelah oleh birahi
Semua jalan di depanku tertutup
Dan ringkasannya ... kutuliskan dalam kata-kata
No comments:
Post a Comment