Tuesday 29 March 2011

Jangan minta aku menghitung hidupku
peristiwa demi peristiwa sambung menyambung, puanku.

Masa-masa yang kulewati seperti
jutaan tahun

Perjalanan jauh memenatkan ranselku
Penat oleh punggung kuda dan peperangan

Tak ada payudara ... hitam atau putih
kecuali aku tanam di tanahnya panji-panjiku

Tak tersisa jengkal di tubuh molek
kecuali aku lewatkan di atasnya gerobakku

Aku turunkan beban di atas kulit perempuan
dan aku bangun piramida mimpi

Dan aku tulis puisi ... tak ada yang menyamai sihirnya
kecuali firman tuhan di Taurat

Dan hari ini aku duduk di atas atap perahuku
seperti pencuri ... aku mencari jalan selamat

Kuputar kunci harem ... maka tak kulihat
di bawah bayangan kecuali tengkorak orang mati

Mana perempuan tawananku? Mana budak-budakku?
Mana asap wangi yang menyesaki kamarku?

Hari ini mereka membalas dendam ...
Menghujaniku dengan hunjaman demi hunjaman

Aku seperti lampu jalanan, sobat
Aku menangis ... tak seorang pun melihat air mataku

Birahi pernah menjadi rumahku
Ia tak mampu menahan kesedihanku

Dan cinta ... semua seperti sama
seperti kemiripan daun-daun di hutan

Aku telah tua pada cinta
atau lelah oleh birahi

Semua jalan di depanku tertutup
Dan ringkasannya ... kutuliskan dalam kata-kata

No comments:

Post a Comment